Sudut Pandang

Beberapa minggu di kota jakarta, memberi banyak pelajaran yang sangat berharga buatku. Bukan saja hanya soal pelajaran tentang teknik sipil yang hampir setiap hari aku geluti di kegiatan magang ini, tapi juga pelajaran untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Awal-awal di kota ini, saya banyak mengeluhkan tentang carut marutnya keadaan, mulai dari suhu yang panas, kemacetan, sumpek, dll. Sebelumnya juga saya menuliskan tentang keluhan saya tentang minimnya hak pejalan kaki. Benar saja, kadang membuat kita yang memang sehari-hari harus berjalan akan emosi, tapi tetap itu tak bisa memecahkan permasalahan. Yang ada kita rugi sendiri, marah-marah sendiri, dan akhirnya bikin pusing sendiri.
Di jalanan, terutama di tempat keramaian seperti di halte, di bus Transjakarta, saya kadang mengamati orang-orang jakarta ini sambil berpikir, ” Bagaimana mungkin mereka tahan tinggal di kota se amburadul ini?, hampir setiap hari berdesak-desakan di bus, merasakan kemacetan parah, dll”.
Tapi setelah saya sadari, ya beginilah kehidupan disini, kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya keadaan, karena sudah sangat kompleks..pleks..pleks… Tidak juga mengeluhkan terus-terusan, yang pada akhirnya jadi pusing sendiri, pada akhirnya, sudut pandang kita yang harus diubah. Tidak semudah itu memang, tapi mau tidak mau, harus dilakukan, menikmati saja apa yang ada, sambil juga membetulkan pribadi kita yang masih menimbulkan permasalahan publik, misalnya membuang sampah sembarangan. Yah, mungkin keadaan kota jakarta ini merupakan seni tersendiri, macetnya adalah seni tersendiri, panasnya adalah seni tersendiri, hahaha.
Sudut Pandang, yahh, itu salah satu bekal terpenting untuk menjalani kehidupan ini. Menikmati hidup dalam keadaan apapun, adalah kemampuan tersendiri yang harus diawali dari sudut pandang kita.

Regards, Jakarta 14 Juli 2013.

4 komentar di “Sudut Pandang

Tinggalkan komentar