Ketakutan yang Menyedihkan

Ketika aku melihat keponakan-keponakan ku yang masih kecil, bermain, berlari-lari sekencang kecepatan mereka, tanpa memikirkan rasa takut. Kalaupun jatuh, mereka akan tertawa dan bangkit kembali, Tak jarang menangis juga memang. Tapi tak menyurutkan semangat mereka untuk kembali berlari lagi. Seolah jatuh bukanlah halangan untuk kapok berlari.

Saat menjadi dewasa, kebanyakan orang akan peduli dengan jatuh dan gagal, dan takut untuk merasakan itu. Bahkan kita menjadi lebih peduli akan apa kata orang lain, sehingga takut gagal karena memikirkan cemoohan , kritikan , dan mungkin saja tawa dari orang lain .

Menyedihkan.

Komitmen

Buat komitmen, maka anda dapat memindahkan gunung.

Jika perlu 5 langkah untuk mencapai tujuan, maka saya akan menempuh 5 langkah itu.

Jika perlu 55 langkah untuk mencapai tujuan, maka saya akan menempuh 55 langkah itu.

Jika perlu 155 langkah untuk mencapai tujuan, maka saya akan menempuh 155 langkah itu.

Pilih Social Media atau Buku?

Awal tahun ini aku sudah membaca satu buku yang sangat bagus, judulnya “Think Again” tulisan Adam Grant. Buku ini bercerita tentang berpikir ulang atas apa yang sudah kita lakukan, atau sering dianggap “Benar” oleh lingkungan, dan kadang pengetahuan itu telah menjadi kebenaran lumrah di masyarakat.

Diawal buku dikisahkan, seorang pemadam kebakaran hutan, yang selamat karena dia melakukan hal yang tidak “Lumrah” sebagai seorang pemadam. Dia berpikir ulang dengan cepat, dan melepaskan ransel serta peralatan yang menjadi nyawa sekaligus pemberat bagi para pemadam, dan membakar ilalang sekelilingnya agar api yang telah mengejar di belakangnya, tidak punya “Makanan” untuk dibakar lagi. Alhasil dia selamat dan rekan lainnya meninggal.

Banyak lagi kisah yang diceritakan di dalam buku itu, yang menurutku sangat menggugah pemikiran .

Setelah berpikir ulang , aku mencoba intropeksi, waktu yang sebelumnya aku habiskan dengan membuka social media (Instagram), aku ganti dengan membaca buku. Menurutku, membaca buku sangat berbeda kualitas informasi dan pengetahuan yang kita dapatkan dibandingkan dengan hanya melihat postingan di social media (Instagram contohnya).

Semoga bisa konsisten membaca .

30% Waktuku diambil oleh Handphone

Iseng tadi membuka setting di smartphone yang ku punya. Liat2 screen time, muncul lah gambar di atas. Rata-rata waktu yang kuhabiskan selama seminggu ke belakang hampir 5 jam per hari. Whattt??? is it Real??.
Aku mikir-mikir ulang, kalaulah waktu ku sehari (diluar tidur) adalah 16 jam, maka 30% nya adalah aktifitas membuka handphone. Dan mayoritas dari membuka handphone itu, di ambil oleh 3 aplikasi teratas (Youtube, Instagram dan Whatsapp). Menyedihkan. Bagaimana tidak produktifnya hidup ini.

Dulu aku sempat menghapus instagram ku , and its okey, aku gak merasa ada yang kurang, dan ketika aku menginstall kembali, dan sebenarnya melihat instagram pun, tidak terlalu menambah wawasan dan pengetahuan yang berarti. (Apakah kalian merasakan hal yang sama?)
woww, begitu hebatnya si IG ini mengambil mayoritas waktuku.

Mungkin saatnya aku menghapus kembali instagram, dan mengurangi waktu ku untuk melihat handphohe.

Lebih baik Memperbanyak membaca buku dan menulis. Fiuhhhh

Welcome 2023 !

Walaupun Sudah 4 hari berjalan di tahun ini, aku masih ingin mengucapkan selamat sudah membuka tahun yang baru, dan melewati 2022 dengan berjuta kenangan.

2023 digadang gadang menjadi tahun yang gelap karena dampak peristiwa covid dan perang ukraina. Well, apapun yang terjadi , rasa syukur ini tak pernah berhenti untuk terucap dalam sanubariku.

2023 , good to me ya.